Anggota DPR RI, Komisi IX, Fraksi PDI Perjuangan, I Ketut Kariyasa Adnyana menyebut kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) harus tetap disikapi ditengah menghadapi Pandemi Covid-19. Sebab, lanjutnya, bagaimanapun korban jiwa DBD juga tidak sedikit.
"Harus dicari beberapa alternatif untuk mengatasi Wabah Demam Berdarah Dengue ini, khususnya kali ini dengan program Wolbachia," ucapnya dalam diskusi yang diadakan Komisi IX dan Tim Word Mosquito Program (WMP) Yogyakarta secara daring, Sabtu (25/9).
WMP Yogyakarta adalah kerja kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada, dan Yayasan Tahija, telah mengumumkan hasil akhir penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Yogyakarta.
Peneliti Utama WMP Yogyakarta Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D, dalam penjelasanya mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Wolbachia efektif menurunkan 77% kejadian dengue di daerah intervensi (yang mendapatkan intervensi Wolbachia), dibandingkan dengan daerah kontrol di Kota Yogyakarta.
Penelitian RCT yang dimulai pada 2017 tersebut, menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312.000 penduduk. Pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta mendapat penerimaan yang baik dari masyarakat, dan teknologi Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan.
Kariyasa juga menyampaikan bahwa ketika dirinya berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil Bali), tidak menampik bahwa Bali memang beberapa kali kesulitan menghadapi wabah DBD, jika dilihat data per tanggal 30 November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD. Dengan presentasi sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49 per 100.000 penduduk.
"Dari data tersebut terdapat lima kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi, tiga di antaranya berada di Bali, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, serta Gianyar 1.717. Dua daerah lain yaitu Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat) 2.363 kasus dan Sikka (Provinsi NTT) dengan 1.786 kasus," jelasnya di sela-sela diadakan pertemuan tersebut.
Menutup kegiatan tersebut, Kariyasa Adnyana meminta agar teknologi Wolbachia dapat diimplementasikan di Bali dan dapat dikombinasi dengan upaya penanganan DBD lainnya.
"Secara teknis mohon Tim dari WMP agar membantu kami di Bali terkait penanganan DBD dengan teknologi Wolbachia," tutup Politisi senior PDI Perjuangan asal Buleleng ini.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri juga, Claudia Surjadjaja Direktur Regional Asia untuk Program WMP, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM, serta Kadis Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali.
"Harus dicari beberapa alternatif untuk mengatasi Wabah Demam Berdarah Dengue ini, khususnya kali ini dengan program Wolbachia," ucapnya dalam diskusi yang diadakan Komisi IX dan Tim Word Mosquito Program (WMP) Yogyakarta secara daring, Sabtu (25/9).
WMP Yogyakarta adalah kerja kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada, dan Yayasan Tahija, telah mengumumkan hasil akhir penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Yogyakarta.
Peneliti Utama WMP Yogyakarta Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D, dalam penjelasanya mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Wolbachia efektif menurunkan 77% kejadian dengue di daerah intervensi (yang mendapatkan intervensi Wolbachia), dibandingkan dengan daerah kontrol di Kota Yogyakarta.
Penelitian RCT yang dimulai pada 2017 tersebut, menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312.000 penduduk. Pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta mendapat penerimaan yang baik dari masyarakat, dan teknologi Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan.
Kariyasa juga menyampaikan bahwa ketika dirinya berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil Bali), tidak menampik bahwa Bali memang beberapa kali kesulitan menghadapi wabah DBD, jika dilihat data per tanggal 30 November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD. Dengan presentasi sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49 per 100.000 penduduk.
"Dari data tersebut terdapat lima kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi, tiga di antaranya berada di Bali, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, serta Gianyar 1.717. Dua daerah lain yaitu Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat) 2.363 kasus dan Sikka (Provinsi NTT) dengan 1.786 kasus," jelasnya di sela-sela diadakan pertemuan tersebut.
Menutup kegiatan tersebut, Kariyasa Adnyana meminta agar teknologi Wolbachia dapat diimplementasikan di Bali dan dapat dikombinasi dengan upaya penanganan DBD lainnya.
"Secara teknis mohon Tim dari WMP agar membantu kami di Bali terkait penanganan DBD dengan teknologi Wolbachia," tutup Politisi senior PDI Perjuangan asal Buleleng ini.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri juga, Claudia Surjadjaja Direktur Regional Asia untuk Program WMP, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM, serta Kadis Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali.