Atasi Demam Berdarah di Bali, Anggota DPR RI, Kariyasa Adnyana Dorong Terapkan Teknologi Wolbachia




Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Bali Kariyasa Adnyana meminta Pemerintah Provinsi Bali menerapkan teknologi Wolbachia untuk mengatasi masalah demam berdarah.

“Demam Berdarah merupakan problem kesehatan di Bali yang hingga kini kasusnya masih tinggi sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda,” katanya saat bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Bali di Denpasar, Senin (22/8/2022).

Wolcbachia sendiri adalah penerapan dari penelitian yang dilakukan World Mosquito Program (WMP) bekerjasama dengan UGM dan didukung oleh Yayasan Tahija. Hasil dari penerapannya efektif menurunkan 77,1% kasus dengue di Kota Yogyakarta dan menurunkan kebutuhan perawatan RS hingga 86,2%.

Pihaknya mengapresiasi Kementerian Kesehatan RI yang juga mendukung perluasan ini yang rencananya akan dilakukan dalam 4 tahap yang akan dimulai tahap pertama di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng.

Kariyasa mengungkap data bahwa kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan setiap tahunnya. Tahun 2021, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, akumulasi nasional kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dari Januari hingga Juli 2021 di Indonesia mencapai 30.089 kasus dengan jumlah kasus Demam Dengue (DD) mencapai 30.480 kasus.

Sebanyak 255 penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Hingga kini dilaporkan jumlah kabupaten/kota yang terjangkit terus bertambah menjadi 387 di 32 provinsi.

Pada tahun 2020, terdapat 5 (lima) kabupaten/kota dengan angka kasus tertinggi, dua di antaranya ada di Bali yaitu Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung. Data per tanggal 30 November 2020 terdapat lima kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi Nasional, tiga di antaranya berada di Bali, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, serta Gianyar 1.717.

Direktur Advokasi dan Hubungan Eksternal World Mosquito Asia, Dr Claudia Surjadjaja yang hadir dalam pertemuan itu menjelaskan, teknologi ini sudah diterapkan di 11 negara.

Prosesnya diawali dengan pengembangbiakan nyamuk yang mengandung bakteri Wolchabia di laboratorium. “Bakteri ini yang membuat nyamuk Aedes Agypti tidak bisa menularkan virus dengue,” jelasnya. Bakteri inilah yang kemudian yang dilepas di tengah masyarakat sehingga berbaur dengan nyamuk Aedes Aegypti dan kemudian terjadi persilangan.

Kepala Dinas Kesehatan Bali I Nyoman Gede Anom menyatakan pihaknya mendukung penerapan teknologi ini yang akan diawali dengan penandatangan MOU antara Pemprov Bali dengan WMP. Namun demikian, dia menegaskan untuk program lainnya seperti kampanye 3 M dan pemantauan jentik nyamuk tetap akan dijalankan. Demikian pula dengan aksi fogging.

Post a Comment

Previous Post Next Post